Rahasia, Inilah Kunci Kesuksesan Dunia Akhirat!!!
Konsep menunggu dan ditunggu adalah suatu prinsip dasar yang berlaku dalam kehidupan dunia. Ini adalah status dasar seseorang saat ia ingin dianggap penting bagi orang lain atau sebagai orang yang membutuhkan orang lain.
Sederhananya ketika seorang mahasiswa membutuhkan dosen pembimbingnya maka ia harus berlari-lari mengejarna dan terus seperti itu sampai ia dapat apa yang dia inginkan. Artinya posisi dosen lebih penting dari pada mahasiswa.
Inilah kenyataannya bahwa konsep ini yang berlaku pada kehidupan dunia. Mencari kepentingan pribadi demi kehormatan, meraut harta tanpa batas, sampai lupa diri bahwa ada yang lebih penting dari itu. Nampak seolah-olah dirinya diperbudak oleh dunia.
Pertanyaannya, bagaimana supaya dunia yang mengejar kita?
Allah Ta'ala berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” [QS.Fhushilat 29:30]
Di dalam ayat ini Allah Ta'ala telah menjanjikan bagia orang-orang beriman agar jangan takut akan laknat dunia sebab Allah Ta'ala sendiri yang akan berikan surga kepada hambanya, baik surga di dunia atapun surga di akhirat.
Lalu bagaimana supaya kita termasuk orang-orang yang dimaksud dalam ayat terebut?
Allah taala berfirman :
ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْۗ
Artinya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu. [QS.Ghafir : 60]
Sebagai hamba yang lemah satu-satunya sarana berdoa kita, interaksi kita, pertemuan kita dengan Allah Ta'ala adalah shalat. Shalat adalah sarana paling efektif dan ampuh untuk berinteraksi dengan Yang Maha Kuasa.
Allah Ta'ala selalu mengingatkan kita untuk beribadah kepadanya dalam tiap kondisi apapun dan melaksanakannya dengan tertib dan dawam. Sebagaimana tertera di dalam Al-Qur'an :
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ
Artikel : "Orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". [QS.Al-Baqarah : 4]
Menurut gramatikal bahasa kata يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ memiliki arti bahwa suatu amalan shalat yang tidak terputus, dawam dan berkesinambungan. Kata يُقِيْمُوْنَ turunan kata dari أقَامَ - يُقِيْمُ dhamirnya jamak mudzakar ghoib dalam betuk fiil mudhari dan sedangkan fiil mujarrod nya adalah قَامَ. Merujuk pada kamus bahasa arab berjudul Aqrobul Mawarid terdapat kalimat :
يُقِيْمُوْنَ الصلؤة اَىْ يُدِيْمُوْنَ فِعْلَهَا وَيُحَافِظُوْنَ عَلَيْهَا
Artinya : "Mendirikan shalat berdasarkan ketentuan-ketentuanya dan menjaga atau dawam amalan shalatnya."
Pedek kata melaksanakan shalat lima waktu perlu dipenuhi syarat-syaratnya dan melaksanakannya secara dawam. Di dalam buku Tafsir Kabir, kitab tafsir Al-Qur'an karya Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a menafsirkan kata يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ ke dalam 5 makna.
1. يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ yaitu Menegakan Shalat Secara Dawam.
Mengertikan bahwa shalat yang tidak ada bolong atau terlewat. Untuk itu bukanlah dikatakan shalat selama masih tidak rutin dan bolong-bolong karena shalat yang diartikan di dalam Islam adalah Shalat yang sempurna.
2. Arti يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ yaitu Melaksanakan Shalat Secara Benar dan Tertib.
Bagi seorang mutaqi tentu melaksanakan shalat berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dan tidak pernah melanggar dasar-dasar itu. Misalnya baik dalam kondisi ada air atau musim kering maka wudhu tidak ditinggalkan (tayamum). Mengambil air wudhu secara tertib dan berurutan yang sudah ditetapkan. Melaksanakan shalat pada waktunya. Mengerjakannya secara benar seperti rukuk, sujud, berdiri dll. Membaca surah dan doa-doa nya dilantunkan dengan indah.
3. Arti يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ yaitu Mendirikan Shalat.
Maksudnya adalah hendaknya seseorang jangan membiarkan shalatnya rusak karena pikiran dan khayalan melainkan ia harus berusaha membuang khayalan itu dan membenarkan kembali sholatnya dengan benar.
Misalnya ketika kita shalat tercium bau atau wewangian, gerakan anak-anak kecil dll. Untuk itu karena Allah Ta'ala mengetahui sifat kelemahan hambanya dalam shalat maka Dia mengingatkan dalam kalimat يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ yaitu ketika terjadi kondisi seperti itu hendaknya jangan takut dan berusaha mendirikannya ulang sebab Allah membuka jalan perbaikan bagi setiap kalangan manusia.
Kemudian sesuatu yang dikatakan "mendirikan" maka itu adalah suatu hal yang perlu kita jaga dan jika ada kesempatan untuk jatuh maka berusaha untuk didirikan kembali. Kondisi seperti ini adalah suatu jihad dan pengorbanan. Pengorbanan semacam ini yang diinginkan oleh Allah Ta'ala.
4. Arti يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ yaitu Mendorong/Mengajak Orang Lain Shalat.
Kenapa? karena arti dari mutaqi juga adalah seseorang yang mengajak orang lain sholat. Kemudian salah satu cara untuk melaksanakan pekerjaan biasanya selain butuh dorongan dari diri sendiri juga membutuhkan dorongan dari orang lain. Untuk itu bagi seorang mutaqi selain melaksanakan shalat secara munfarid (misalnya shalat sunah), ia juga punya kewajiban untuk mengajak orang lain untum shalat berjamaah.
5. Arti يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ Yaitu Shalat Berjamaah.
Kenapa? coba perhatikan dalam kalimat iqomat selalu dikumandangkan قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ sebayak 2x dan lafaz iqomat selalu dikumandangkan setiap ketika akan dimulai shalat berjamaah. Karena itulah dimanapum terdapat kata يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ di dalam Al-Quran maka tidak lain tidak bukan artinya adalah shalat berjamah dan mengajak orang lain shalat berjamaah. Pada poin ini orang-orang selalu lupa dan lalai untuk shalat berjamaah.
Dari urain singkat diatas tadi semoga dapat mengubah perspektif akan shalat dan dapat menjadi ibroh bagi setiap pembaca. Jadikan dunia menghantarkan kita dekat kepada Allah SWT. Semoga kita selalu berusaha, disamping luput dari kelemahan, untuk menjaga shalat-shalat kita demi keridhaan Allah SWT.
Mari kita jadikan dunia yang menunggu kita, saat nya dunia yang berlari-lari mengejar kita. Cukup, sudah waktunya kita dekatkan diri kepada Sang Pencipta dunia.
Referensi :
1. Kitab Tafsir Kabir, Jilid 1, Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a
2. Kamus Arab Al-Ma'ani
3. Kamus Arab Akrab Al-Mawarid
Komentar